Doa “Terpujilah Engkau” terbagi atas dua bagian, yaitu atas roti dan kemudian atas anggur.
Saat mengunjukkan roti, imam mengucapkan doa: “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima roti yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari bumi dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan.”
Kemudian saat menghunjukkan piala yang berisi anggur, imam mengucapkan doa: “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima anggur yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari pohon anggur dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi minuman rohani.”
Doa “Terpujilah Engkau” ini diarahkan kepada Tuhan Allah Sang Pencipta yang menganugerahkan segala sesuatunya kepada kita. Roti dan anggur yang kita siapkan kita akui melulu sebagai anugerah Allah dan karena kemurahan-Nya saja. Rumusan “hasil bumi atau hasil pokok anggur dan dari usaha manusia” hendak mengungkap-kan diri dan hidup manusia yang ingin ikut ambil bagian dalam per-sembahan sejati, yakni kurban Kristus sendiri.
Pada Tata Perayaan Ekaristi (TPE) 2005 hanya disediakan satu alternatif saja, yakni menghunjukkan doa “Terpujilah Engkau” atas roti dan anggur satu per satu secara bergantian. Pada dasarnya doa “Terpujilah Engkau” ini adalah doa pribadi imam sehingga diucapkan dengan lembut. Akan tetapi, apabila tidak ada nyanyian persiapan persembahan, doa “Terpujilah Engkau” boleh diucapkan dengan lantang.
Di sini imam selebran tidak perlu mengangkat (elevasi) tinggi-tinggi, cukup rendah saja. Sikap tubuh ini adalah gerak mengangkat tingkat satu. Karena masih ada dua gerak mengangkat yang lebih tinggi, yakni pada waktu menunjukkan Tubuh dan Darah Kristus ketika Kisah Institusi dalam Doa Syukur Agung. Itu gerak mengangkat tingkat dua. Sedangkan yang tingkat yang tingkat tiga atau yang paling tinggi adalah ketika imam menyanyikan Doksologi penutup Doa Syukur Agung.