Dalam rangka HUT Paroki St. Aloysius Gonzaga, Surabaya yang ke-28, kita diingatkan kembali akan sejarah berdirinya Paroki kita tercinta ini, untuk menguatkan kita dalam perjuangan menjadi Garam dan Terang Dunia.
- PIALA: sebagai lambang DARAH KRISTUS
- HOSTI: sebagai lambang TUBUH KRISTUS
- SALIB: sebagai lambang PENEBUSAN KRISTUS
- SINAR / CAHAYA: sebagai lambang terang dunia
- MERPATI: sebagai lambang ROH KUDUS
- BUNGA BAKUNG: sebagai lambang ST. ALOYSIUS GONZAGA
- PITA DENGAN SEMBOYAN: GARAM DAN TERANG DUNIA:
sebagai tekat serta semboyan paroki diambil dari Injil Matius 5:13-16 - SEGI DELAPAN: sebagai lambang persatuan Gereja Katolik St. Aloysius Gonzaga
Sejarah singkat terbentuknya Paroki St. Aloysius Gonzaga bukanlah suatu kejutan, melainkan buah daripada proses pemekaran Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya baik ditinjau dari segi teritorial atau batas-batas daerahnya maupun dari segi jumlah umatnya.
Perkembangan umat di pemukiman baru
Faktor utama yang menjadi sumber inspirasi ke arah terbentuknya suatu paroki baru ini adalah terjadinya proses pertumbuhan perusahaan-perusahaan real-estate atau pembangunan perumahan sejak 1975 di Surabaya atau yang semula dikenal dengan sebutan kota satelit. Kota satelit meliputi kompleks Darmo Permai, Darmo Satelit Town dan Darmo Grande, ketiga-tiganya hingga kini masih aktif mengadakan ekspansi dalam hal pembangunan perumahan baru dilengkapi berbagai fasilitas umum.
Munculnya daerah-daerah pemukiman baru tersebut memungkinkan terjadinya proses urbanisasi yang di dalamnya terdapat keluarga Katolik dari berbagai Paroki di dalam kota Surabaya maupun dari luar kota yang umumnya terdiri dari keluarga muda. Jumlahnya kian lama kian bertambah sehingga pimpinan Gereja Katolik dalam hal ini Pastor Paroki Hati Kudus Yesus bersama romo-romo lainnya sejak bulan Mei 1979 memandang perlu mengambil langkah-langkah konkret dan intensif menata, memelihara, membina dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan masyarakat pada umumnya terutama para pemeluk Katolik di kawasan tersebut.
11 Januari 1984 | Pembentukan kerangka panitia | |
23 Januari 1984 | Peresmian panitia | |
26 Januari 1984 | Surat Persetujuan Walikotamadya diperoleh, dengan nomor 4522/06/4.22/1984 | |
Pebruari 1984 | Penunjukkan lokasi sementara | |
Maret 1984 | Gambar gedung gereja dibuat 2 alternatif, dilengkapi dengan konsep dasarnya | |
Nopember 1984 | Penunjukkan lokasi secara definitif | |
6 April 1985 | Surat ketentuan sempadan dan syarat-syarat zoning diperoleh dari dinas perencanaan dan tata kota, dengan nomor 452.2/39/411.54/85 | |
6 Oktober 1985 | Peletakkan batu pertama oleh Mgr. A.J. Dibyokarjono - Uskup Surabaya | |
oleh: Rm. I.Y. Sumarno
Pengantar
Ketika melihat Gereja St Aloysius Gonzaga (St. Algonz) kebanyakan orang akan berdecak, ”Ckckck Gereja kok aneh.” Aneh, karena berbeda dengan Gereja yang sudah ada di Surabaya. Apa latar belakang perbedaan dan apa ada makna khusus? Itulah yang penulis coba refleksikan dan tuangkan dalam makalah pendek sebagai rasa syukur atas HUT ke-25 Gereja Katolik St.Aloysius Gonzaga di tahun 2011 ini.
Gereja Aneh
Aneh sering berkonotasi negatif tapi bukan itu. Aneh, hanya kata lain dari “berbeda dengan yang lain” dan tidak berarti aneh-aneh. Berbeda karena belum pernah ada bentuk gedung gereja seperti itu di Surabaya. Yang biasa ialah gereja berbentuk salib bila dilihat dari udara atau bentuk bujur sangkar.Tapi Apa arti segi delapan itu dan apa maknanya bagi Umat Katolik Algonz?
Para pendiri (the founding fathers) punya gagasan pokok: bentuk gereja St Aloysius Gonzaga dibuat segi delapan. Tak terlalu mudah bersepakat di antara para pendiri. Namun dengan bantuan Allah, akhirnya semua sepakat bentuk gereja segi delapan. Kemudian diskusi sampai pada pemaknaan dari segi delapan tersebut. Beberapa makna segi delapan: