Ketika mencampurkan (sedikit/setetes) air ke dalam anggur, imam selebran atau diakon dengan suara lembut mengucapkan doa:
“Sebagaimana dilambangkan oleh pencampuran air dan anggur ini, semoga kami boleh mengambil bagian dalam keallahan Kristus, yang telah berkenan menjadi manusia seperti kami”.
Doa ini terutama mau memohon agar kita yang manusiawi (=air) dipersatukan dengan Kristus yang ilahi (=anggur), manusia boleh berpartisipasi dalam hidup ilahi.
Tradisi kristiani menafsirkan doa pencampuran air dan anggur ini, dalam beberapa makna teologis:
Pencampuran air dan anggur ini tindakan simbolis yang melambangkan air dan darah yang mengalir dari lambung Kristus pada waktu disalib. Para Bapa Gereja memandang air dan darah yang mengalir dari lambung Kristus sebagai kelahiran Gereja dan sakramen-sakramennya.
Anggur dan air melambangkan keilahian dan kemanusiaan. Maka, pencampuran air dan anggur itu mengungkapkan peristiwa inkarnasi Sang Putra yang menjadi manusia, yakni Yesus Kristus dan partisipasi kita dalam keilahian Kristus.
Pencampuran air dan anggur juga mengungkapkan makna kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dengan Gereja
Jadi doa dan tindakan ini mau mengungkapkan rahasia kebenaran inkarnasi yang terwujud secara nyata dalam Perayaan Ekaristi: Sabda menjadi daging, Allah menjelma menjadi manusia dalam diri Kristus.