Doa umat merupakan bentuk pelaksanaan imamat umum seluruh umat beriman. Doa umat mengakhiri liturgi sabda. Dalam doa umat, jemaat menanggapi sabda Allah yang telah mereka terima dengan penuh iman dan memohon secara resmi untuk keselamatan semua orang dan bukan hanya untuk diri sendiri dan kepentingan kelompok. Dengan demikian, mereka mengamalkan tugas imamat umum yang mereka peroleh dalam pembaptisan. Menurut ketentuan liturgi, doa umat dibawakan dari mimbar atau tempat lain yang sesuai oleh petugas, entah diakon, lektor, atau petugas awam lainnya. Selama doa umat, umat berdiri.
Pada umumnya urutan tradisional doa umat mencakup 4 hal:
- Doa bagi Gereja, khususnya para pemimpin Gereja
- Doa bagi pemimpin masyarakat dan keselamatan dunia
- Doa bagi orang-orang yang sedang menderita
- Doa bagi jemaat setempat (paroki, stasi, wilayah,lingkungan)
Struktur - doa umat memiliki empat unsur:
1. Pembuka, berupa ajakan pemimpin yg ditujukan kepada jemaat. Pembuka ini bukanlah suatu doa yg dialamatkan kepada Tuhan.
2. Usulan ujud dan undangan untuk berdoa.
Usulan ujud ini disampaikan oleh petugas kepada jemaat, maka selalu diakhiri dengan ajakan “Marilah kita mohon” atau sejenisnya.
Kesalahan sering terjadi dalam doa umat spontan; meliputi rumusan, alamat, dan isi. Rumusan: usulan ujud diubah menjadi doa. Alamat: kepada jemaat diubah kepada Allah. Isi: Tidak jarang doa umat berubah menjadi doa syukur.
Dalam situasi khusus, kita dapat menekankan ujud ini atau itu. Di samping ujud-ujud yang diucapkan, bisa juga diberikan kesempatan untuk ujud-ujud dalam hati.
3. Aklamasi oleh jemaat.
Inilah bagian yang sungguh berwujud doa. Rumusannya sangat singkat, diserukan jemaat kepada Tuhan: Tuhan, kabulkanlah doa kami; Tuhan, dengarkanlah doa kami; Tuhan, kasihanilah kami, dlsb.
4. Penutup, berbentuk doa singkat sebagai rangkuman atas semua permohonan.