Pada hari Minggu, dan hari raya, kita memiliki tiga buah bacaan, yaitu bacaan pertama, bacaan kedua dan Injil. Untuk misa harian, hanya disediakan dua buah bacaan, yakni bacaan pertama dan Injil.
Bacaan pertama pada hari Minggu dan hari raya diambil dari Perjanjian Lama. Bacaan pertama ini memiliki hubungan tematis dengan Injil sehingga terungkaplah kesinambungan sejarah keselamatan Allah dari Perjanjian Lama dan berpuncak pada diri Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil.
Setiap pembacaan Kitab Suci dalam liturgi resmi Gereja harus selalu diakhiri dengan kata-kata: “Demikianlah Sabda Tuhan”. Kata-kata ini merupakan pernyataan resmi dan meriah bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri. Melalui pembacaan itu, Allah sendiri hadir dan berbicara kepada umat-Nya. Umat menjawab “Syukur kepada Allah”. Bacaan pertama dan bacaan kedua dibacakan oleh seorang lektor. Bacaan pertama dan bacaan kedua ini jangan pernah dibacakan oleh selebran utama. Bahkan apabila ada diakon tertahbis, diakon itulah yang membacakan Injil.
Menurut tradisi, pembacaan pertama ini tidak menjadi tugas pemimpin perayaan (PUMR 59). Tradisi ini mau mengungkapkan bahwa pemimpin perayaan Ekaristi, yang bisanya juga menjadi penghomili bukan hanya seorang pewarta sabda Allah, melainkan juga seorang pendengar sabda Allah pula. Makna dirinya sebagai pendengar sabda itu ditunjukkan melalui tindakannya yang ikut mendengarkan pewartaan bacaan pertama dan bacaan kedua, serta Injil apabila dibacakan oleh seorang diakon tertahbis.