Ilustrasi
Perayaan Ekaristi Hari Minggu Sabtu: 18.00; Minggu: 06.30, 08.30, 17.00
Perayaan Ekaristi Harian Senin - Sabtu: 05.30

Tuhan Tahu, tapi MenungguAda seorang saudagar muda di kota Vladimir, Rusia bernama Aksionov. Suatu hari ia hendak pergi ke pasar malam di kota bersama pelayannya. Di tengah jalan ia berjumpa dengan seorang teman, lalu menginap di sebuah pondokan. Ia dan kawannya tidur di kamar yang bersebelahan. Namun Aksionov hanya tidur sebentar. Tengah malam ia terbangun, membayar penginapannya, lalu mengajak pelayannya melanjutkan perjalanan.

Ketika ia berhenti di kedai untuk makan, 26 mil dari penginapan itu, tiba-tiba polisi menanyainya.

"Di manakah Tuan menginap semalam? Sendirian atau bersama seorang saudagar? Mengapa Tuan cepat-cepat pergi di tengah malam?"

Aksionov heran, "Mengapa Tuan menanyai saya? Ada apa?"

 

Si polisi lalu menyuruh anak buahnya menggeledah koper Aksionov, dan di dalamnya mereka menemukan sebilah pisau berdarah!

"Milik siapa pisau ini?", bentak polisi.

 

"Itu...itu....bukan pisauku...", sahut Aksionov lemah.

"Pagi ini saudagar teman Tuan mati terbunuh di tempat tidurnya. Pondokan itu terkunci, dan hanya Tuan dan saudagar itu yang tidur di situ. Tuanlah satu-satunya yang dicurigai. Katakan, bagaimana Tuan membunuh teman Tuan?"

Meski Aksionov bersumpah bahwa ia tak bersalah, polisi tak percaya, dan akhirnya ia ditangkap dan dipenjara. Bahkan ketika istrinya menjenguknya, sang istri meragukan apakah Aksionov membunuh atau tidak. Maka Aksionov berkata dalam hatinya, "Hanya Tuhanlah yang tahu kejadian sebenarnya, maka kepada Tuhanlah sepantasnya aku memohon ampun, karena Ialah satu-satunya yang sanggup menolongku."

Selama dua puluh enam tahun Aksionov menjalani kerja paksa di tambang yang membuatnya menderita. Suatu hari di penjara ada narapidana baru bernama Makar yang bercerita bahwa ia berasal dari kota Vladimir juga. Serta-merta Aksionov menanyakan kabar keluarga saudagar di kota itu (ia tidak mengakui langsung kisahnya). Meski begitu, teman-temannya segera menceritakan kisah Aksionov, dan kisah itu membuat Makar terperanjat.

Aksionov bertanya pada Makar, "Tahukah kau siapa yang membunuh saudagar itu?"

"Tentu saja", jawab Makar, "Pasti orang yang memiliki pisau itu di tasnya, tak mungkin orang lain yang menaruhnya. Bagaimana mungkin, karena bukankah tas itu ada di dekat kepalamu?"

Mendengar itu Aksionov langsung yakin bahwa Makarlah pembunuhnya. Ia lalu mengingat kembali semua penderitaannya selama 26 tahun, dan ia jadi membenci Makar karena telah merenggut seluruh hidupnya, dan ingin membunuhnya. Di sisi lain, tiap malam ia masih tetap berdoa kepada Tuhan. Hatinya pun gelisah. Suatu malam ia berjalan-jalan, dan memergoki Makar sedang menggali lubang. Ternyata ia hendak kabur dari penjara. Makar mengancam akan membunuh Aksionov bila ia membuka rahasianya. Jawab Aksionov, "Kau telah membunuhku 26 tahun lalu! Aku hanya akan bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan."

Esok paginya penjaga melihat lubang galian itu, dan menanyai para tahanan, siapa pelakunya. Akhirnya Kepala Penjara menanyai Aksionov yang biasanya jujur. Ia berkata pada dirinya sendiri, "Jika ia kulindungi...Tapi apa gunanya ia kumaafkan setelah aku dihancurkannya? Biarlah ia menderita!"

Namun ketika Kepala Penjara menanyainya sekali lagi, Aksionov menjawab, "Aku tak dapat mengatakannya. Tuhan melarangku mengatakannya. Hukumlah saja aku."

Esok malamnya Makar mengunjungi Aksionov dan minta maaf.

"Apa yang harus kumaafkan?", tanya Aksionov.

"Akulah yang membunuh saudagar itu dan menaruh pisau ke dalam tasmu, lalu aku pergi dengan melompati jendela. Aksionov, demi Tuhan, maafkan aku! Besok aku akan mengaku sebagai pembunuhnya, maka kau akan dibebaskan."

Aksionov diam saja, karena ia toh telah kehilangan segalanya di dunia ini.

"Kau telah melindungiku walaupun aku telah menjerumuskanmu.", tangis Makar. Mendengar Makar menangis, Aksionov pun mulai menangis.

"Tuhan akan memaafkanmu." sahut Aksionov.   Dan tiba-tiba, Aksionov merasakan kedamaian dalam jiwanya. Ia tak lagi rindu rumahnya, tak lagi ingin keluar dari penjara.

Makar akhirnya mengakui kesalahannya pada yang berwajib. Namun ketika mereka akan membebaskan Aksionov, ia dijumpai telah tak bernyawa.*

------

Ketika kita masih memendam kebencian dan dendam, hidup kita akan selalu terasa getir, tidak bahagia. Begitu kita dapat mengampuni dengan tulus, maka kedamaian akan menyeruak di hati kita. Aksionov dalam kisah ini telah selama 26 tahun terus berdoa kepada Tuhan, namun ia tak jua merasa damai. Apakah Tuhan tak mendengarkan doanya? Tentu saja Ia mendengarkan. Namun, Tuhan terus menunggu hingga Aksionov mampu mengampuni musuhnya. Ketika Aksionov akhirnya bertobat, maka kedamaian langsung datang kepadanya.

Tuhan sebenarnya tahu, Ia hanya menunggu….

Sudahkah Anda mengampuni orang yang telah menyakiti Anda? Sebaiknya Anda mulai hari ini, karena Tuhan telah menunggu untuk menganugerahkan pengampunan dan kedamaian bagi Anda bila anda mau bertobat. Jadi… tunggu apalagi?

*Kisah di atas disadur dari cerpen karya Leo Tolstoy: Tuhan Tahu, Tapi Menunggu, dari buku Di Mana Ada Cinta, Di Sana Tuhan Ada, terbitan Serambi, 2011