Bacaan Injil merupakan puncak Liturgi Sabda. Bacaan Injil lebih mulia daripada bacaan-bacaan lainnya (PUMR 60). Sudah sejak abad-abad pertama, Gereja menghormati bacaan Injil. Mengapa? Karena pada saat Injil dibacakan, Tuhan Yesus Kristus sendiri hadir dan bersabda kepada Gereja-Nya. Para Bapa Konsili Vatikan II berkata: “Ia(Kristus) hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja.” (SC 7)
Pembacaan Injil menunjuk realitas iman bahwa Yesus Kristus sendiri tetap hadir di tengah Gereja dan terus mewartakan Injil-Nya kepada segala makhluk. Injil secara langsung mewartakan sabda dan karya Yesus Kristus sendiri dan kini Ia tetap bersabda dan berkarya di tengah umatNya.
Keistimewaan Injil tampak dalam berbagai ritus yang meng-iringnya. Secara keseluruhan, ritus di sekitar jauh lebih meriah.
- Injil dibacakan oleh diakon atau imam
- Sebelum Injil, ada perarakan untuk membawa Injil oleh diakon atau imam.
- Diakon atau imam mempersiapkan diri dengan berdoa sebelum pembacaan Injil
- Injil dihormati dengan dupa-ratus (meskipun fakultatif)
- Sebelum pembacaan Injil, ada dialog antara pembaca Injil dan umat, yakni “Tuhan sertamu” – “Dan sertamu juga”; “Inilah Injil Yesus Kristus menurut...” – “Dimuliakanlah Tuhan”.
- Ada pembuatan tanda salib pada dahi, mulut dan dada, sebagai nasihat dan kesiapsediaan untuk bersaksi tentang sabda Allah dengan gagah berani, tanpa menyembunyikan wajah kita, untuk mengakui Injil ini dengan mulut dan memeliharanya dengan setia di dalam hati kita. Pembuatan tanda salib oleh pembaca pada Kitab mengungkapkan bahwa dalam Injil ini Salib Kristus diwartakan.
- Semua umat berdiri ketika Injil dibacakan
- Sesudah pembacaan Injil, diakon atau imam mengecup atau mencium Injil sambil berdoa dalam hati: “Semoga karena pewartaan Injil ini dileburlah dosa-dosa kita.”